Kajian budaya dalam bidang studi organisasi dimulai ketika terjadi
perubahan paradigma cara pandang terhadap organisasi dimana organisasi tidak
dipandang lagi sebagai instrumen yang bersifat formal dan rasional yang sekedar
dibentuk untuk membantu manusia untuk memenuhi kebutuhannya, tetapi juga
organisasi dipandang seolah-olah sebagai makhluk hidup yang mempunyai
kepribadian dan karakter unik di luar karakteristik strukturalnya.
Konsep budaya organisasi dapat dikatakan masih relatif baru yakni
mulai berkembang sekitar awal tahun 1980-an. Achmad Sobirin dalam bukunya, Budaya Organisasi, menyebutkan bahwa
secara umum konsep budaya organisasi dibagi menjadi dua mahzab. Mahzab yang
pertama ialah ideational school yang
lebih melihat budaya sebagai sebuah organisasi dari apa yang dipahami, dijiwai,
dan dipraktikan bersama oleh anggota sebuah komunitas. Vijai Sathe menyatakan
bahwa budaya organisasi merupakan satu set asumsi yang dianggap sangat penting
(meski kadang tidak tertulis) yang di-shared
oleh para anggota sebuah komunitas atau organisasi (Sobirin, 2009:126).
Mahzab yang kedua ialah adalah adaptionist
school yang melihat budaya seperti arsitektur atau tata ruang bangunan fisik
dari sebuah organisasi maupun dari orang-orang yang terlibat didalamnya seperti
misalnya pola perilaku maupun cara mereka berkomunikasi. Deal and Kennedy
secara sederhana mengatakan bahwa budaya organisasi adalah cara kita melakukan
sesuatu di lingkungan organisasi ini (Sobirin, 2009: 127).
Peter F. Druicker dalam buku Robert G. Owens, Organizational Behavior in Education, memberikan definisi budaya
organisasi sebagai berikut:
Organizational culture is
the body of solutions to external and internal problems that has worked
consistently for a group and that is therefore taught to new members as the
correct way perceive, think about, and feel in relation to those problem.
Budaya Organisasi adalah pokok penyelesaian masalah-masalah
eksternal dan internal yang pelaksanaannya dilakukan secara konsisten oleh
suatu kelompok yang kemudian mewariskan kepada anggota-anggota baru sebagai
cara yang tepat untuk memahami, memikirkan, dan merasakan terhadap
masalah-masalah terkait seperti diatas.
(Tika, 2006 : 4)
Definisi
budaya organisasi yang lebih sederhana disebutkan oleh Stephen Robbins (2006:
723) yaitu sebagai sistem makna bersama yang dianut oleh anggota-anggota yang
membedakan organisasi itu dari organisasi-organisasi lain. Hal ini menunjukan
bahwa budaya merupakan seperangkat karakteristik utama dari sebuah organisasi.
Budaya
organisasi juga didefinisikan oleh Moorhead dan Griffin yaitu sebagai
seperangkat nilai, yang diterima selalu benar, yang membantu seseorang dalam
organisasi untuk memahami tindakan-tindakan mana yang dapat diterima dan
tindakan mana yang tidak dapat diterima (Eugene dan Nic, 1995:63). Nilai-nilai
ini biasanya dikomunikasikan melalui cerita ataupun cara-cara simbolis lainnya.
Dari beberapa
pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa budaya organisasi merupakan sistem
nilai tertentu yang dianut bersama oleh suatu kelompok tertentu yang digunakan
untuk mengatur tindakan-tindakan yang dianggap benar ataupun tidak dalam
kelompok tersebut dan juga dapat dijadikan sebagai pembeda antara kelompok tersebut
dengan kelompok lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar