Satu Kata Sejuta Makna
Kamis, 06 Februari 2014
Rabu, 18 Desember 2013
Fungsi Budaya Organisasi
Penelitian
mengenai budaya organisasi dalam rentang waktu dua puluh lima tahun terakhir
ini telah mengalami perkembangan pesat. Hal ini seiring dengan semakin
banyaknya organisasi yang berlomba-lomba untuk membangun budaya yang kuat dalam
organisasinya. Dengan kata lain, keberhasilan suatu organisasi dapat
dipengaruhi oleh kuat tidaknya budaya yang dimiliki organisasi tersebut.
Budaya
organisasi juga memiliki fungsi untuk memecahkan masalah-masalah pokok dalam
proses bertahan dan adaptasinya terhadap lingkungan eksternal. Oleh karena itu,
budaya organisasi juga merupakan proses integrasi internal atau mempersatukan
para anggota organisasi kedalam suatu pandangan dan aktivitas sehingga dapat
memecahkan masalah-masalah pokok secara bersamaan.
Adapun
fungsi budaya organisasi menurut pandangan Stephen P.Robbins (2001: 528) adalah
:
1.
Mempunyai boundrary-difining roles, yaitu
menciptakan perbedaan antara organisasi yang satu dengan lainya.
2.
Menyampaikan rasa
identitas untuk anggota organisasi.
3.
Budaya memfasilitasi
bangkitnya komitmen pada sesuatu yang lebih besar daripada kepentingan diri
individual.
4.
Meningkatkan stabilitas
sistem sosial. Budaya adalah perekat sosial yang membantu menghimpun organisasi
bersama dengan memberikan standar yang cocok atas apa yang dikatakan dan
dilakukan pekerja.
5.
Budaya melayani sebagai
sense-making dan mekanisme kontrol
yang membimbing dan membentuk sikap dan perilaku pekerja.
Sementara
itu, peranan budaya organisasi menurut pandangan Jerald Greenberg dan Robert A.
Baron (2003: 518) adalah
1.
Budaya memeberikan rasa
identitas
Semakin
jelas persepsi dan nilai – nilai bersama organisasi didefinisikan, semakin kuat
orang dapat disatukan dengan misi organisasi dan meras menjadi penting darinya.
2.
Budaya membangkitkan
komitmen pada misi organisasi
Kadang-kadang
sulit bagi orang untuk berpikir diluar kepentingannya sendiri, seberapa besar
akan memengaruhi dirinya. Tetapi apabila terdapat strong culture, orang merasa bahwa mereka menjadi bagian dari yang
besar, dan terlibat dalam keseluruhan kerja organisasi. Lebih besar dari setiap
kepentingan individu, buday meningkatkan orang tentang apa makna sebenarnya
organisasi itu.
3.
Budaya memperjelas dan
memperkuat standar perilaku
Budaya
membimbing kata dan perbuatan pekerja, membuat jelas apa yang harus dilakukan
dan kata kata dalam situasi tertentu, terutama berguna bagi pendatang baru.
Budaya mengusahakan stabilitas bagi pelaku, keduanya dengan harapan apa yang
harus dilakukan pada waktu yang berbeda dan juga apa yang harus dilakukan
individu yang berbeda di saat yang sama.
Pendapat
para pakar tentang fungsi budaya organisasi di atas menunjukan beberapa
kesamaan, sedangkan beberapa perbedaan yang bersifat saling melengkapi. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa fungsi budaya organisasi adalah: (1)
menunjukan identitas, (2) menunjukan batasan peran yang jelas, (3) menunjukan
komitmen kolektif, (4) membangun stabilitas sistem sosial, (5) membangun
pikiran sehat dan masuk akal, dan (6) memperjelas standar perilaku.
Budaya Organisasi
Kajian budaya dalam bidang studi organisasi dimulai ketika terjadi
perubahan paradigma cara pandang terhadap organisasi dimana organisasi tidak
dipandang lagi sebagai instrumen yang bersifat formal dan rasional yang sekedar
dibentuk untuk membantu manusia untuk memenuhi kebutuhannya, tetapi juga
organisasi dipandang seolah-olah sebagai makhluk hidup yang mempunyai
kepribadian dan karakter unik di luar karakteristik strukturalnya.
Konsep budaya organisasi dapat dikatakan masih relatif baru yakni
mulai berkembang sekitar awal tahun 1980-an. Achmad Sobirin dalam bukunya, Budaya Organisasi, menyebutkan bahwa
secara umum konsep budaya organisasi dibagi menjadi dua mahzab. Mahzab yang
pertama ialah ideational school yang
lebih melihat budaya sebagai sebuah organisasi dari apa yang dipahami, dijiwai,
dan dipraktikan bersama oleh anggota sebuah komunitas. Vijai Sathe menyatakan
bahwa budaya organisasi merupakan satu set asumsi yang dianggap sangat penting
(meski kadang tidak tertulis) yang di-shared
oleh para anggota sebuah komunitas atau organisasi (Sobirin, 2009:126).
Mahzab yang kedua ialah adalah adaptionist
school yang melihat budaya seperti arsitektur atau tata ruang bangunan fisik
dari sebuah organisasi maupun dari orang-orang yang terlibat didalamnya seperti
misalnya pola perilaku maupun cara mereka berkomunikasi. Deal and Kennedy
secara sederhana mengatakan bahwa budaya organisasi adalah cara kita melakukan
sesuatu di lingkungan organisasi ini (Sobirin, 2009: 127).
Peter F. Druicker dalam buku Robert G. Owens, Organizational Behavior in Education, memberikan definisi budaya
organisasi sebagai berikut:
Organizational culture is
the body of solutions to external and internal problems that has worked
consistently for a group and that is therefore taught to new members as the
correct way perceive, think about, and feel in relation to those problem.
Budaya Organisasi adalah pokok penyelesaian masalah-masalah
eksternal dan internal yang pelaksanaannya dilakukan secara konsisten oleh
suatu kelompok yang kemudian mewariskan kepada anggota-anggota baru sebagai
cara yang tepat untuk memahami, memikirkan, dan merasakan terhadap
masalah-masalah terkait seperti diatas.
(Tika, 2006 : 4)
Definisi
budaya organisasi yang lebih sederhana disebutkan oleh Stephen Robbins (2006:
723) yaitu sebagai sistem makna bersama yang dianut oleh anggota-anggota yang
membedakan organisasi itu dari organisasi-organisasi lain. Hal ini menunjukan
bahwa budaya merupakan seperangkat karakteristik utama dari sebuah organisasi.
Budaya
organisasi juga didefinisikan oleh Moorhead dan Griffin yaitu sebagai
seperangkat nilai, yang diterima selalu benar, yang membantu seseorang dalam
organisasi untuk memahami tindakan-tindakan mana yang dapat diterima dan
tindakan mana yang tidak dapat diterima (Eugene dan Nic, 1995:63). Nilai-nilai
ini biasanya dikomunikasikan melalui cerita ataupun cara-cara simbolis lainnya.
Dari beberapa
pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa budaya organisasi merupakan sistem
nilai tertentu yang dianut bersama oleh suatu kelompok tertentu yang digunakan
untuk mengatur tindakan-tindakan yang dianggap benar ataupun tidak dalam
kelompok tersebut dan juga dapat dijadikan sebagai pembeda antara kelompok tersebut
dengan kelompok lainnya.
Pengaruh Komitmen Organisasi terhadap Kinerja Karyawan
Beberapa penelitian membahas pengaruh variabel komitmen organisasi terhadap kinerja karyawan
yang berhubungan juga dengan pencapaian tujuan organisasi, diantaranya adalah
sebagai berikut:
- Khoirul.
2001, Pengaruh Komitmen Organisasional Pimpinan Terhadap Kinerja Karyawan
Universitas Muhammadiyah Malang. Variabel
bebas penelitian terdiri dari kemauan, kesetiaan dan kebanggaan. Untuk
menganalisis penelitian digunakan analisis jalur. Hasil penelitiannya
menyimpulkan bahwa ada pengaruh komitmen karyawan terhadap kinerja karyawan.
- Darwish A. Yousef, Organisasional Commitment and Job satisfication as predictors of Toward Organisasional Change in a Non Western Setting. Penelitian dilakukan terhadap 361 karyawan dari sejumlah organisasi di Uni Emirat Arab (UEA) dengan rincian sebagai berikut : 61% responden adalah pegawai Asia, 12 % pegawai Arab, 2% pegawai bangsa lain. Total 85% pegawai Asia, 13% dari Arab, 1,5% pegawai Eropa, dan 0,5% bangsa lain. Tujuan penelitian adalah untuk menginvestigasi peran dari bermacam-macam dimensi komitmen organisasional dan job satisfiction dalam memprediksi bermacam-macam sikap menuju perubahan organisasi dalam setting bukan pekerja barat. Path analysis digunakan untuk menganalisis data. Adapun variabel independen job satisfication yaitu pay, promotion, supervision, co-worker, dan security. Sedangkan variabel mediator yaitu organizational commitment (afective commitment, continuance commiment, dan normative commitment). Serta variabel dependen yaitu attitudes toward organizational change. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa sikap dan perilaku pegawai menuju perubahan organisasi akan meningkat seiring dengan peningkatan affective commitment dan continuance commiment secara langsung dan berpengaruh negatif terhadap cognitive attitudes. Affective commitment memediasi hubungan antara kepuasan kerja terhadap kondisi kerja, gaji, promosi, supervisi dan keamanan kerja dengan cognitive, affective, dan behaviour menuju perubahan. Continuance commitment memediasi hubungan antara kepuasan kerja terhadap gaji, promosi, supevisi dan lain-lain terhadap kognisi menuju perubahan. Kepuasan kerja terhadap gaji, promosi, supervisi, dan lainnya berpengaruh secara langsung dan positif terhadap komitmen organisasional.
- Steffen, et.al., 1996, Satisfication with Nurting Homes : The Design of Employee Jobs Can Ultimately Influence Family Member’s Perception. Penelitian dilakukan di panti asuhan yang ditujukan untuk menguji organizational commitment sebagai faktor penentu kualitas pelayanan. Responden penelitian adalah 489 staf panti asuhan. Teknik penarikan sampel random. Teknik analisis yang digunakan adalah korelasi. Variabel independen yaitu skill variety, task identity, dan autonomy. Dan variabel interventing yaitu komitmen. Serta variabel dependen yaitu kualitas pelayanan. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa komitmen organisasional berkorelasi dengan kualitas pelayanan, ragam keterampilan berkorelasi dengan komitmen organisasional, identifikasi tugas berkorelasi dengan komitmen organisasional, dan otonomi berkorelasi dengan komitmen organisasional.
Rabu, 25 April 2012
Proses Komunikasi
Dalam hubungannya dengan proses sosial, komunikasi menjadi sebuah
cara dalam melakukan perubahan sosial (social change). Komunikasi berperan
menjembatani perbedaan dalam masyarakat karena mampu merekatkan kembali sistem
sosial masyarakat dalam usahanya melakukan perubahan. Namun begitu, komunikasi
juga tak akan lepas dari konteks sosialnya. Artinya ia akan diwarnai oleh
sikap, perilaku, pola, norma, pranata masyarakatnya. Jadi keduanya saling
mempengaruhi dan saling melengkapi, seperti halnya hubungan antara manusia
dengan masyarakat. Little john (1999), menjelaskan hal ini dalam genre
interactionist theories. Dalam teori ini, dijelaskan bahwa memahami kehidupan
sosial sebagai proses interaksi. Komunikasi (interaksi) merupakan sarana kita belajar berperilaku.
Komunikasi merupakan perekat masyarakat. Masyarakat tidak akan ada tanpa
komunikasi. Struktur sosial-struktur sosial diciptakan dan ditopang melalui
interaksi. Bahasa yang dipakai dalam komunikasi adalah untuk menciptakan
struktur-struktur sosial.
Hubungan antara perubahan sosial dengan komunikasi (atau media komunikasi) pernah diamati oleh Goran Hedebro (dalam Nurudin, 2004) sebagai berikut :
Teori komunikasi mengandung makna pertukaran pesan. Tidak ada perubahan dalam masyarakat tanpa peran komunikasi. Dengan demikian, bisa dikatakan bahwa komunikasi hadir pada semua upaya bertujuan membawa ke arah perubahan.
Meskipun dikatakan bahwa komunikasi hadir dengan tujuan membawa perubahan, namun ia bukan satu-satunya alat dalam membawa perubahan sosial. Dengan kata lain, komunikasi hanya salah satu dari banyak faktor yang menimbulkan perubahan masyarakat.
Hubungan antara perubahan sosial dengan komunikasi (atau media komunikasi) pernah diamati oleh Goran Hedebro (dalam Nurudin, 2004) sebagai berikut :
Teori komunikasi mengandung makna pertukaran pesan. Tidak ada perubahan dalam masyarakat tanpa peran komunikasi. Dengan demikian, bisa dikatakan bahwa komunikasi hadir pada semua upaya bertujuan membawa ke arah perubahan.
Meskipun dikatakan bahwa komunikasi hadir dengan tujuan membawa perubahan, namun ia bukan satu-satunya alat dalam membawa perubahan sosial. Dengan kata lain, komunikasi hanya salah satu dari banyak faktor yang menimbulkan perubahan masyarakat.
Media yang digunakan dalam komunikasi berperan
melegitimasi bangunan sosial yang ada. Ia adalah pembentuk kesadaran yang pada
akhirnya menentukan persepsi orang terhadap dunia dan masyarakat tempat mereka
hidup.
Komunikasi adalah alat yang luar biasa guna mengawasi salah satu kekuatan
penting masyarakat; konsepsi mental yang membentuk wawasan orang mengenai
kehidupan. Dengan kata lain, mereka yang berada dalam posisi mengawasi media,
dapat menggerakkan pengaruh yang menentukan menuju arah perubahan sosial.
Komunikasi sebagai proses sosial adalah bagian integral dari masyarakat. Secara
garis besar komunikasi sebagai proses sosial di masyarkat memiliki
fungsi-fungsi sebagai berikut : (1) Komunikasi menghubungkan antar berbagai
komponen masyarakat. Komponen di sini tidak hanya individu dan masyarakat saja,
melainkan juga berbagai bentuk lembaga sosial (pers, humas, universitas); (2)
Komunikasi membuka peradaban (civilization) baru manusia; (3) Komunikasi adalah
manifestasi kontrol sosial dalam masyarakat; (4) Tanpa bisa diingkari
komunikasi berperan dalam sosialisasi nilai ke masyarakat; dan (5) Seseorang
akan diketahui jati dirinya sebagai manusia karena menggunakan komunikasi. Itu
juga berarti komunikasi menunjukkan identitas sosial seseorang.
Peralatan Kearsipan
Peralatan yang dipergunakan dalam bidang kearsipan
pada dasarnya sebahagian besar sama dengan alat-alat yang dipergunakan dalam
bidang ketatausahaan pada umumnya, Peralatan yang dipergunakan terutama untuk
penyimpanan arsip, minimal terdiri dari:
- Map,
yaitu berupa lipatan kertas atau karton manila yang dipergunakan untuk
menyimpan arsip. Jenisnya terdiri dari map biasa yang sering disebut
stopmap folio, Stopmap bertali (portapel), map jepitan (snelhechter), map
tebal yang lebih dikenal dengan sebutan ordner atau brieforner.
Penyimpanan ordner lebih baik dirak atau lemari, bukan di dalam filing
cabinet dan posisi penempatannya bisa tegak. Sedangkan Stopmap folio dan
snelhechter penyimpanannya dalam posisi mendatar, atau tergantung (bila
yang dipakai snelhechter gantung) di dalam filing cabinet, sedangkan
portapel sebaiknya disimpan dalam almari karena dapat memuat banyak
lembaran arsip.
- Folder,
folder merupakan lipatan kertas tebal/karton manila berbentuk segi empat
panjang yang gunanya untuk menyimpan atau menempatkan arsip, atau satu
kelompok arsip di dalam filing cabinet. Bentuk folder mirip seperti
stopmap folio, tetapi tidak dilengkapi daun penutup, atau mirip seperti
snelhechter tetapi tidak dilengkapii dengan jepitan. Biasanya folder
dilengkapi dengan tab, yaitu bagian yang menonjoll dari folder yang
berfungsi untuk menempatkan kode-kode, atau indeks yang menunjukkan isi
folder yang bersangkutan.
- Guide,
Guide adalah lembaran kertas tebal tau karton manila yang dipergunakan
sebagai penunjuk dan atau sekat/pemisah dalam penyimpanan arsip. Guide
terdiri dari dua bagian, yaitu tab guide yang berguna untuk mencantumkan
kodekode, tanda-tanda atau indeks klasifikasi (pengelompokan) dan badan
guide itu sendiri. Jumlah guide yang diperlukan dalam sistem filing adalah
sebanyak pembagian pengelompokan arsip menurut subyeknya. Misalnya guide
pertama untuk menempatkan tajuk (heading) subyek utama (main subyek),
guide kedua untuk menempatkan sub-subyek, guide ketiga untuk yang lebih
khusus lagi, demikian seterusnya.
- Filing
Cabinet, Filing cabinet (file cabinet) adalah perabot kantor berbentuk
persegi empat panjang yang diletakkan secara vertikal (berdiri)
dipergunakan untuk menyimpan berkas-berkas atau arsip. Filing cabinet
mempunyai sejumlah laci yang memiiki gawang untuk tempat rnenyangkutkan
folder gantung (bila arsip ditampung dalam folder gantung). Filing cabinet
terdiri berbagai jenis, ada yang berlaci tunggal, berlacii ganda,
horizontal plan file cabinet, drawer type filing cabinet, lateral filing
cabinet, dsb.
- Almari
Arsip, Almari arsip adalah almari yang khusus digunakan untuk menyimpan
arsip. Bentuk dan jenisnya bervasi, namun berkas atau arsip yang disimpan
dalam almari arsip sebaiknya disusun/ditata secara vertical lateral
(vertikal berderet kesamping), sehingga susunan arsip di dalam almari
arsip sama dengan susunan arsip yang disusun ditata di dalam rak arsip.
- Berkas
Kotak (Box file), Berkas atau box file adalah kotak yang dipergunakan
untuk menyimpan berbagai arsip (warkat). Setiap berkas kotak sebaiknya
diperbgunakan untuk menyimpan arsip yang sejenis, atau yang berisi hal-hal
yang sama. Selanjutnya berkas kotak ini akan ditempatkan pada rak arsip,
disusun secara vertikal (vertikal berderet ke samping).
- Rak
Arsip, Rak arsip adalah sejenis almari tak berpintu, yang merupakan tempat
untuk menyimpan berkas-berkas atau arsip. Arsip ditempatkan dirak susun
secara vertikal lateral yang dimulai selalu dari posisi kiri paling atas
menuju kekanan, dan seterusnya kebawah
- Rotary
Filling, Rotary Filling adalah peralatan yang dapat berputar, dipergunakan
untuk menyimpan arsip-arsip (terutama berupa kartu).
- Cardex
(Card Index), Cardex adalah alat yang dipergunakan untuk menyimpan arsip
yang berupa kartu dengan mempergunakan laci-laci yang dapat ditarik keluar
memanjang. Kartukartu yang akan disipan disebelah atas kartu diberi kode
agar lebih mudah dilihat.
- File
yang dapat dilihat (Visible reference record file), Visible reference
record file adalah alat yang dipergunakan untuk menyimpan arsip-arsip yang
bentuknya berupa leflet, brosur, dan sebagainya.
Penyimpanan Arsip
Pengelolaan arsip sebenarnya telah dimulai sejak
suatu surat (naskah, warkat) dibuat atau diterima oleh suatu kantor atau
organisasi sampai kemudian ditetapkan untuk disimpan, selanjutnya disusutkan
(retensi) dan atau dimusnahkan. Oleh karena itu, di dalam kearsipan terkandung
unsur-unsur kegiatan penerimaan, penyimpanan, temu balik, dan penyusutan arsip.
Arsip disimpan karena mempunyai nilai atau kegunaan
tertentu (lihat uraian di atas). Oleh karena itu, hal yang perlu diperhatikan
dalam hal ini ialah bagaimana prosedurnya, bagaimana cara penyimpanan yang
baik, cepat, dan tepat, sehingga mudah ditemu-balikkan atau ditemukan kembali
sewaktu-waktu diperlukan, serta langkah- langkah apa yang perlu
diikuti/dipedomani dalam penyimpanan arsip tersebut. Untuk menyelenggarakan
penyimpanan arsip secara aman, awet, efisien dan luwes (fleksibel) perlu
ditetapkan asas penyimpanan yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi
masing-masing kantor/instansi yang bersangkutan. Dalam penyelenggaraan
penyimpanan arsip dikenal 3 (tiga) macam asas yaitu asas sentralisasi, asas
desentralisasi dan asas campuran atau kombinasi.
- Penyimpanan
arsip dengan menganut asas sentralisasi adalah penyimpanan Arsip yang
dipusatkan (central filing) pada unit tertentu. Dengan demikian, penyimpanan
arsip dari seluruh unit yang acta dalam satu instansi/kantor dipusatkan
pada satu tempat/unit tertentu.
- Sebaliknya,
penyelenggaran penyimpanan arsip dengan asas desentralisasi adalah dengan
memberikan kewenangan penyimpanan arsip secara mandiri. Dalam hal yang
demikian, masing-masing unit satuan kerja bertugas menyelenggarakan
penyimpanan arsipnya.
- Sedangkan
asas campuran, merupakan kombinasi antara desentralisasi dengan
sentralisasi. Dalam asas campuran tiap-tiap unit satuan kerja dimungkinkan
menyelenggarakan penyimpanan arsip untuk spesifikasi tersendiri, sedangkan
penyimpanan arsip dengan spesifikasi tertentu disentralisasikan.
Penyimpan arsip yang diartikan dalam uraian ini
adalah suatu kegiatan pemberkasan dan penataan arsip dinamis, yang penempatannya
secara aktual menerapkan suatu sistem tertentu, yang biasa disebut sistem
penempatan arsip secara aktual. Kegiatan pemberkasan dan penataan arsip dinamis
tersebut populer dengan sebutan “filingSystem". Para ahli kearsipan
kelihatannya sepakat untuk menyatakan bahwa filling system yang digunakan atau
dipakai untuk kegiatan penyimpanan arsip terdiri dari:
- Sistem
Abjad,
- Sistem
angka/nomor (numerik),
- Sistem
Wilayah,
- Sistem
subyek, dan
- Sistem
Urutan Waktu (kronologis).
Disamping kelima sistem di atas, banyak arganisasi
atau instansi yang menerapkan sistem kombinasi.
Langganan:
Postingan (Atom)